Raden Putra
adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati
dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki
sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk
kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus
mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya.
Sang patih
segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi,
patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui
niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan
melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih.
Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang
ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah
membunuh permaisuri.
Setelah beberapa
bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya
nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan
tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan.
Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir
telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu
kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak
ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang
bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh
menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..."
Cindelaras
sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya.
Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di
hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan
membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras
pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada
beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh
para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan
ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu,
ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu
singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam
Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita tentang
kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar
berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang
Cindelaras. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun.
"Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan
rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden
Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya
dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra
menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam
itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras
berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai
mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku
akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya
Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu
pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk...
Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden
Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra
terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya
baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah
permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan
itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan
kesalahan," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memberikan hukuman
yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir
Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan
meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera
menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras
dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras
menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan
bijaksana.
Setelah membaca cerita di atas anda pasti tau kalau itu
hanyalah sebuah dongeng (cerita rakyat yang di anggap tidak benar-benar
terjadi). Selain itu, pertama anda membaca judulnya saja pasti anda teringat
dengan dongeng Cinderella hehe. Tetapi dongeng yang akan saya beri ulasan mengenai
mengapa dongeng tersebut (Cinderalas) tidak masuk akal (namanya juga dongeng
berisi prosa fiksi) . Namun, ada baiknya jika kalian mengetahui apa saja yang
tidak masuk akal pada sebuah dongeng yaitu bisa melatih ketelitian kalian dalam
membaca serta melatih diri untuk berpikir secara rasional.
Langsung
saja saya berikan kutipan dari dongeng diatas yang berisi kalimat yang tidak
masuk akal :
Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali
menjatuhkan sebutir telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja
memberikan telur itu kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas.
Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi
seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi
kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku
Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden
Putra..."
(Yang
saya beri tanda bold + Italic)
Itulah
yang menjadi alasan mengapa dongeng ini tidak masuk akal. Pada
kenyataannya tidak ada hewan yang bisa berbicara layaknya manusia.
Demikian
ulasan saya mengenai tidak masuk akalnya dongeng Cinderalas. Mohon maaf jika
terdapat salah kata.
Terima
kasih dan semoga materi ini bermanfaat.
Nama : Mufarrohah
NPM :
45213670
Kelas :
2DA02
Mata
Kuliah :
Ilmu Alamiah Dasar (SoftSkill)
Dosen :
Yasman Riyano, SSI., MT
Sumber Dongeng Cinderalas :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar