Senin, 20 Juni 2016

Struktur Modal (Capital Structure)



Secara konseptual terdapat istilah struktur modal yang ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferan dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.

1.      Pengertian Struktur Modal Menurut Para Ahli
a.       Pengertian struktur modal menurut Martono dan D. Agus Harjito (2010; 240) menyatakan :
Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri”.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.

b.      Sedangkan menurut Kamaludin (2011:306) menyatakan “Struktur modal atau capital structure adalah kombinasi atau bauran sumber pembiayaan jangka panjang”.
c.       Begitupula menurut Bambang Riyanto (2008:296) Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri”. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis” securities yang ditentukan.

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return). Penambahan hutang akan memperbesar risiko perusahaan, tapoi akan memperbesar tingkat pengembalianyang diharapkan (expected return). Risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Risiko yang dihadapi perusahaan merupakan factor yang mempengaruhi keputusan tentang struktur modal, sebagai berikut:
a)      Risiko Bisnis yaitu tingkat risiko terkait dengan tidak digunakannya hutang jangka panjang untuk membiayai asset perusahaan.
b)     Risiko keuangan yaiturisiko yang dihadapi para pemegang saham biasa sebagai akibat penggunaan hutang jangka panjang.

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
a)      Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

b)     Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.

c)      Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

d)     Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.

3.      Contoh Kasus Struktur Modal
Contoh 1:
Asset PT ABC saat ini dibiayai seluruhnyaoleh saham biasa senilai $ 5.000.000. Perusahaan ingin membeli peralatan baru senilai $2.000.000 dengan alternative cara:
1)      Menjual 40.000 lembar saham biasa pada harga $50 per lembar,
2)      Menjual obligasi berbunga 10%,
3)      Menerbitkan saham preferen 8%.
EBIT saat ini adalah $8000.000, tingkat pajak pendapatan 50% dan jumlah lembar saham yang beredar saat ini sebanyak 1000.000 lembar. Untuk menghitung titik indeferen, lebih dahulu perlu dihitung EPS pada tingkat EBIT $1000.000


Grafik EPS-EBIT dibuat dengan cara menghubungkan antara EPS pada tingkat EBIT $1.000.000 dengan EBIT untuk masing-masing alternatif pendanaan pada sumbu horisontal. Untuk rencana penggunaan saham biasa, garis melewati titik nol karena tidak terdapat biaya tetap (biaya tetap = nol), sementara untuk penggunaan obligasi,paling tidak harus tersedia EBIT sejumlah $200.000 untuk dapat menutup biaya bunga. Untuk rencana menggunakan saham preferen, minimal harus tersedia EBIT sejumlah $320.000 [$160.000/(1-0,5)] untuk menutup deviden saham preferen yang sebesar $160.000 pada tingkat pajak 50%, jadi garis saham preferen melewati titik $320.000 pada sumbu horizontal.

Dengan cara yang sama, titik indiferen antara saham biasa dan saham preferen diperoleh sejumlah $ 1.120.000. Dari gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada berapapun tingkat EBIT, penggunaan hutang lebih baik dari pada saham preferen karena tingkat EPS yang dihasilkannya lebih tinggi. Kesimpulan kedua adalah bahwa pada tingkat EBIT di atas $700.000,penggunaan hutang lebih baik dibandingkan menggunakan saham biasa. Jika EBIT kurang dari $700.000 lebih baik menggunakan saham biasa. Ketiga, pada tingkat EBIT di atas $1.120.000 lebih baik perusahaan menggunakan saham preferen dibandingkan saham biasa, dan sebaliknya jika EBIT kurang dari $1.120.000.

Contoh 2:


Sumber:

Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/manajemen_keuangan_2/bab3-penentuan_struktur_modal.pdf

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar