Secara konseptual
terdapat istilah struktur modal yang
ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran atau perpaduan dari
hutang, saham preferan dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam
struktur modalnya.
1.
Pengertian
Struktur Modal Menurut Para Ahli
a.
Pengertian
struktur modal menurut Martono dan
D. Agus Harjito (2010; 240) menyatakan :
“Struktur modal
adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang
ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri”.
Pemenuhan
kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham,
laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari
modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan
pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu hutang (debt financing).
Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan
terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.
b.
Sedangkan
menurut Kamaludin (2011:306) menyatakan “Struktur modal atau capital structure
adalah kombinasi atau bauran sumber pembiayaan jangka panjang”.
c.
Begitupula
menurut Bambang Riyanto (2008:296) “Struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri”. Struktur
modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis”
securities yang ditentukan.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade
off antara risiko dan tingkat pengembalian (return). Penambahan hutang akan
memperbesar risiko perusahaan, tapoi akan memperbesar tingkat pengembalianyang
diharapkan (expected return). Risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang
cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan
harga saham pula. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal, yaitu
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham.
Risiko
yang dihadapi perusahaan merupakan factor yang mempengaruhi keputusan tentang
struktur modal, sebagai berikut:
a)
Risiko
Bisnis yaitu tingkat risiko terkait dengan tidak digunakannya hutang jangka
panjang untuk membiayai asset perusahaan.
b)
Risiko
keuangan yaiturisiko yang dihadapi para pemegang saham biasa sebagai akibat
penggunaan hutang jangka panjang.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
a) Struktur
Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang
sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan
pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan
hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari
aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang.
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal
suatu perusahaan.
b) Growth
Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk
melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan
hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam
berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
c) Ukuran
Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan
melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh
karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan
lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
d) Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa
perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang
tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan
dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001).
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini
menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin
tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.
3. Contoh
Kasus Struktur Modal
Contoh 1:
Asset PT ABC saat ini dibiayai
seluruhnyaoleh saham biasa senilai $ 5.000.000. Perusahaan ingin membeli
peralatan baru senilai $2.000.000 dengan alternative cara:
1) Menjual 40.000 lembar saham biasa
pada harga $50 per lembar,
2) Menjual obligasi berbunga 10%,
3) Menerbitkan saham preferen 8%.
EBIT saat ini adalah $8000.000,
tingkat pajak pendapatan 50% dan jumlah lembar saham yang beredar saat ini
sebanyak 1000.000 lembar. Untuk menghitung titik indeferen, lebih dahulu perlu
dihitung EPS pada tingkat EBIT $1000.000
Grafik EPS-EBIT dibuat dengan cara
menghubungkan antara EPS pada tingkat EBIT $1.000.000 dengan EBIT untuk
masing-masing alternatif pendanaan pada sumbu horisontal. Untuk rencana penggunaan
saham biasa, garis melewati titik nol karena tidak terdapat biaya tetap (biaya
tetap = nol), sementara untuk penggunaan obligasi,paling tidak harus tersedia
EBIT sejumlah $200.000 untuk dapat menutup biaya bunga. Untuk rencana
menggunakan saham preferen, minimal harus tersedia EBIT sejumlah $320.000
[$160.000/(1-0,5)] untuk menutup deviden saham preferen yang sebesar $160.000 pada
tingkat pajak 50%, jadi garis saham preferen melewati titik $320.000 pada sumbu
horizontal.
Dengan cara yang sama, titik
indiferen antara saham biasa dan saham preferen diperoleh sejumlah $ 1.120.000.
Dari gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada berapapun tingkat
EBIT, penggunaan hutang lebih baik dari pada saham preferen karena tingkat EPS
yang dihasilkannya lebih tinggi. Kesimpulan kedua adalah bahwa pada tingkat
EBIT di atas $700.000,penggunaan hutang lebih baik dibandingkan menggunakan
saham biasa. Jika EBIT kurang dari $700.000 lebih baik menggunakan saham biasa.
Ketiga, pada tingkat EBIT di atas $1.120.000 lebih baik perusahaan menggunakan
saham preferen dibandingkan saham biasa, dan sebaliknya jika EBIT kurang dari
$1.120.000.
Contoh
2:
Sumber:
Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/manajemen_keuangan_2/bab3-penentuan_struktur_modal.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar