MISTERI KAKEK
TUA
17 tahun yang
lalu, tepatnya tahun 1998, aku bekerja di salah satu pabrik mebel di daerah
Logistik, Jakarta Utara. Setiap pulang kerja aku selalu melewati rute
perjalanan dari rumah naik angkutan umum lalu turun di jembatan setelah itu
jalan kaki sekitar 500 meter jauhnya untuk sampai di perempatan melanjutkan
naik bus 43.
Nah, disitu
pengalaman horor yang aku alami nih.
Sewaktu selesai
bekerja, aku keluar melewati lorong – lorong yang lumayan panjang bersama
seorang teman kerja.
“Vin botol minum
gue ketinggalan di meja, lo keluar duluan deh.” Ucap Rio sambil mengancang kuda
– kuda seperti mau lari maraton.
“Yauda deh gue
duluan. Hati – hati lo ada hantu, hihihi.” Jawab gue ngejek.
“Sialan lo Vin.”
Kata Rio sambil teriak berlari.
Sesudah keluar
melewati lorong aku berjalan menuju halte menunggu bus 43 datang. Akhirnya bus
datang, aku duduk dibangku tengah, tidak sengaja aku tertidur lumayan lama. Lalu
aku terbangun karena bus berhenti mendadak.
“Pake berhenti
segala lagi, lama banget ini bus.” Ucap ku sambil tengok jalanan.
Ternyata ban bus
ini kempes, setelah dipompa bus pun kembali berjalan, aku jadi tidak bisa tidur.
Kemudian aku melihat bola seperti bola basket tapi berukuran kecil, bola
tersebut menggelinding cepat melewati kolong kursi ke seberang kolong kursi, ku
perhatikan lebih dekat dan semakin dekat dan bola tersebut pun semakin cepat
menggelinding, semakin menggelinding ke arah ku, aku melihat bola tersebut
menyerupai kepala buntung, aku langsung teriak seperti wanita yang sedang
teriak. Alhasil, membuat penumpang di dalam bus menengok kepadaku.
“Maaf pak, bu,
de, kak, nenek dan kakek.” Ucapku sambil mengelus dada.
Setelah melihat
perempatan di depan lalu aku berdiri ingin turun.
“Dek mau turun
disini? Masih gelap.” Tanya Kakek disebelahku.
“Iya, tak apa
kok emang udah rute jalan saya.” Lalu aku turun dan menyeberangi jalan.
“Loh mana
haltenya? Perasaan tadi gue liat perempatan, waduuuh salah turun, mana gelap
banget lagi” Ucap ku sambil mengernyitkan dahi.
Karena merasa
bingung aku putuskan untuk memotong jalan mencari jalan alternatif ketimbang
menunggu bis datang ditempat gelap tadi. Aku melewati semak – semak yang dikanan dan kirinya terdapat banyak
pohon pisang semakin jauh, semak – semak tersebut semakin lebat, aku berjalan
hanya ditemani terangnya bulan akupun nekat nerusin jalan itu, tiba – tiba
semak didepanku bergoyang – goyang dengan cepat, aku terhenti menunggu apa
disitu dan aaaa... seekor luwak melewati kakiku.
“Aisshh gue
pikir apaan” Ujarku dengan nada kesal.
Aku berjalan
lagi dan melihat sebuah tempat persinggahan yang biasa digunakan para petani
beristirahat. Aku duduk disana.
“Hah jam 9,
kapan sampe nya gue.” Sambil melihat jam tangan, “Ngga ada orang apa disini? Tau
gini tadi gue lewat tol. Batre hape gue low, laper lagi.” Ucapku sambil
mengelus perut.
Aku terdiam
melihat sekeliling, dingin menusuk tubuhku, suara – suara dedaunan yang
terhempas oleh angin, mataku tertuju melihat dari kejauhan pohon beringin yang
sangat besar sambil memakan jajanan yang tinggal setengah sewaktu istirahat
belum sempat kuhabiskan, lalu aku membuang sampahnya di sembarang tempat.
“Dek kalo buang
sampah malam – malam izin dulu.” Ucap kakek yang tiba – tiba datang.
“Loh kakek kapan dan darimana datangnya?” Ucap
ku sambil tengok kiri – kanan dan saat ku tengok lagi ke arah kakek berdiri
kakek itu hilang seketika,
“Loh kakeknya
mana? Baru mau gue tanya jalan.”
Aku pun langsung
beranjak pergi meninggalkan tempat itu, udara semakin dingin, entah jalan mana
yang harus kutuju. Aku melihat jalan didepanku yang menunjukkan arah melewati
pohon beringin yang tadi ku lihat, aku berjalan lalu mendengar suara alunan
alat musik gong, semakin dekat menuju
pohon tersebut semakin keras bunyi alat musik tersebut dan aku tetap berjalan
“Suara darimana
ini? Kok gue jadi merinding gini.” ucap ku dalam hati.
Aku terhenti melihat sesosok wanita berambut
panjang yang terurai menyelimuti gaun putihnya dan wajahnya tidak jelas ku
lihat namun aku lebih tertuju melihat dia tidak menapakan kakinya. Sambil
mengucapkan nama Tuhan aku menutup mataku.
“Satu.. dua..
tiga..” Ucap ku pelan, aku berbalik dan berlari kencang melewati arah yang tadi
kulewati.
“Tadi itu apa? Tadi
itu apa? Sumpeh gue mau pulang. Jalan.. Jalan yang tadi mana?.” Ucapku terengah
– engah.
Kulihat
sekeliling ku terdapat banyak kubangan serta semak - semak yang tingginya
hampir menyerupai tinggi badanku, untungnya suara alat musik tadi sudah
menghilang.
“Udah jam 12.” Ucapku
dalam hati.
Malam semakin
gelap, kabut pun semakin tebal dan aku pun masih tetap tidak tau aku berada
dimana. Tiba – tiba hujan turun, aku langsung berlari mencari tempat untuk
berteduh. Lalu aku menemukan gubuk tua, aku mengetuk pintu,
“Tok tok tok,
permisi apa didalam ada orang?” Tanya ku sambil mengetuk pintu.
Ku lakukan itu
lebih dari tiga kali. Karena tidak ada jawaban, lalu aku membuka pintu tersebut
karena tidak terkunci, aku melihat
didalam ruangan terdapat lampu lentera yang masih menyala dan sebuah tempat
tidur yang terbuat dari bambu serta barang – barang tua lainnya.
Aku sangat lelah
dan mengantuk, tanpa pikir panjang aku langsung merebahkan badan ku ke tempat
tidur dan memejamkan mataku. Tak lama kemudian aku mendengar suara hentakan
kaki, bulu kuduk ku merinding, suara itu semakin dekat dan dekat, lalu terdengar suara pintu terbuka
dan tiba – tiba ada yang menepuk pundakku.
“Dek siapa?
Kenapa Ade bisa ada disini?” Tanya Kakek itu dengan nada dingin
“Saya Vincent,
saya tersesat kek. Ini rumah Kakek?” Jawab ku.
“Iya ini rumah
Kakek, Ade tersesat dari mana?” Tanya Kakek sambil menaruh kain yang terikat
dimeja.
“Saya habis pulang kerja Kek, lalu saya salah
turun dari bus dan mencari jalan lainnya dan saya tersesat di daerah sini.” Jawab
ku.”
Saat sedang asik
berbincang dengan Kakek terdengar suara perut ku yang berbunyi.
“Ade lapar? Ini
makan dulu, Kakek hanya punya ini.” Tanya Kakek itu sambil menyodorkan buah – buahan yang berada didalam
kain tadi.
“Terima kasih Kek” Ucapku.
Sambil memakan
buah, aku bertanya aku bertanya,
“Nama Kakek siapa?” Tanyaku,
“Nama saya Budhi
Santoso”
Lalu aku memakan
buah – buahan itu. Setelah aku selesai memakan buah – buahan tersebut, aku
mulai mengantuk lagi dan Kakek pun menyuruhku untuk tidur diatas tempat
tidurnya.
“Kakek tidak
tidur?” Tanya ku
“Kakek masih
belum mengantuk, Ade tidur duluan saja.”
Maka aku
membaringkan tubuhku dan memejamkan mataku. Beberapa saat kemudian aku
terbangun karena tetesan air hujan membasahi wajahku, lalu aku terkejut melihat
sekelilingku adalah kuburan dan aku melihat batu nisan disampingku yang
bertuliskan nama Kakek yang berada di gubuk tadi. Tanpa pikir panjang aku
berlari kencang meninggalkan tempat itu dan aku tersandung akar pohon yang
membuat ku jatuh diatas lumpur tanah yang masih basah karena hujan. Aku bangun dan
berjalan tertatih karena sakit dibagian kakiku, kulihat jam yang sudah
menunjukkan pukul 04:30. Lalu aku mendengar suara adzan dan aku berjalan menuju
suara itu.
Sesampainya aku
di mushola, aku membersihkan tubuhku dan mengerjakan sholat. Sesudah itu aku
bertanya kepada makmum yang berada disampingku, lalu aku ditunjukkan arah
pulang menuju keluar dari kampung ini, aku langsung bergegas menyiapkan barang
– barang bawaanku dan berjalan mengikuti
arah yang ditunjukkan orang tadi.
Sesampainya di
pinggir jalan, aku menunggu bus datang.
“Hah jam 9 !
Udahlah gue pulang aja.” Kata ku lemas.
Bus pun datang dan aku duduk dibangku paling
belakang, aku pun tertidur...
Sampai dirumah
aku langsung merebahkan tubuhku di ranjangku,
lalu pembantuku memanggil karena ada kiriman datang dan akupun terheran
– heran apa isi dan siapa pengirimnya. Lalu aku bergegas kebawah, aku langsung
membuka kotak kiriman itu dan ternyata isinya adalah sebuah lentera yang pernah
kulihat sebelumnya, aku melihat kartu nama yang terdapat didalam kotak kiriman
tersebut, aku pun terkejut melihat kartu nama tersebut adalah nama Kakek yang
pernah aku jumpai sebelumnya di gubuk itu. Lalu aaaaa....aku berteriak dan berlari masuk ke kamarku.
~~~~~~~~~~THE
END~~~~~~~~~~
NPM : 45213670
KELAS : 1DA02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar