Jumat, 04 April 2014

Tugas SoftSkill I (No.2)


Sistem kerja Rodi (Kerja Paksa) pada masa penjajahan Belanda

Kerja Rodi memiliki arti kerja tanpa upah, tanpa istirahat kerja yang dilakukan secara paksa, demi membangun sebuah benteng dan jalan raya, tanpa membantah apa yang telah diperintahkan oleh tentara Belanda, dan menuruti apa yang diperintahkannya.

            Memasuki abad ke-19, kekuasaan Belanda di Indonesia berada di bawah Pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi sebelum negara kolonial benar-benar berfungsi berdasarkan prinsip baru tahun 1803 seiring dengan nota yang diajukan oleh Dirk van Hogendorp. Perancis terlebih dahulu telah menduduki Belanda.
            Revolusi Perancis tahun 1789 mengakibatkan negeri Belanda diduduki oleh Perancis. Perancis yang merasa telah menguasai Belanda bertindak tegas. Wilayah Belanda digabung ke dalam wilayah kekuasaan negara Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Adik Napoleon Bonaparte yang bernama Louis Napoleon diangkat menjadi raja Belanda. Pada tahun 1808, Louis Napoleon mengirim Herman Williem Daendels ke Indonesia untuk menjadi gubernur jenderal.

Tugas Daendels di Indonesia adalah:
a. Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
b. Mengatur pemerintahan di Indonesia termasuk membereskan keuangan

Tanggal 1 Januari 1808, Daendels tiba di Indonesia kemudian ia melakukan beberapa tindakan revolusioner, di antaranya adalah:
a. Menjalankan pemerintahan diktator
b. Menjalankan Kerja Rodi, seperti membangun Jalan Raya Pos (Grote Post Weg) dari Anyer sampai Panarukan sepanjang + 1.000 km
c. Membangun armada laut di Merak dan Ujung Kulon
d. Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya
e. Membagi pulau Jawa menjadi sembilan perfectur (semacam keresidenan)
f. Mengubah kedudukan bupati dari penguasa tradisional menjadi aparat pemerintah
g. Mencampuri masalah-masalah tata cara keraton, seperti dalam pengangkatan kepala daerah dan upacara penghormatan istana (keraton)
h. Menurunkan tahta Sultan Banten yang dianggap gagal membangun pelabuhan di Ujung Kulon, dan menggantikannya dengan Sultan Muhammad Alyudin

Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, karena Inggis telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda. Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh Daendels, antara lain:

     1)    Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari berbagai suku bangsa di  Indonesia.
     2)    Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
     3)    Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
     4)    Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang ± 1.100 km.
     5)    Membangun benteng-benteng pertahanan.

Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut Daendels menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Selain menerapkan kerja paksa Daendels melakukan berbagai usaha untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut antara lain:

       1.    Mengadakan penyerahan hasil bumi (contingenten).
   2. Memaksa rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah Belanda dengan harga murah      (verplichte leverantie).
     3.    Melaksanakan (Preanger Stelsel), yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat Priangan untuk  menanam kopi.
    4.   Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti kepada Han Ti Ko seorang pengusaha  Cina. Kebijakan yang diambil Daendels sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris.Berikut ini kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat :

 a.    Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan  
        kegiatan perdagangan.
 b.    Melarang penyewaan desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam, dan sarang burung.
 c.    Menerapkan sistem kerja paksa (rodi) dan membangun ketentaraan dengan melatih
        orang-orang pribumi.
 d.    Membangun pelabuhan-pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran kecil.

            Daendels memerintah dengan tangan besi. Semua kebijakan Daendels telah menumbuhkan kebencian di hati rakyat Indonesia. Akibat tindakan yang amat keras itu, Daendels mendapat julukan Tuan Besar Guntur, Jenderal Mas Galak, atau Marsekal Besi.
Tindakan Daendels tersebut telah mengundang protes, baik dari rakyat Indonesia maupun dari bangsa Belanda sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang ke negerinya dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Willem Jansens.


NAMA                   : MUFARROHAH
NPM                      : 45213670
KELAS                  : 1DA02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar