Senin, 20 Juni 2016

Analisis Keputusan Investasi


A.    Pengertian Keputusan Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Secara umum investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu asset dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Dilihat dari jangka waktunya investasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah, dan investasi jangka panjang. Dilihat dari bentuknya investasi terdapat 2 jenis yaitu investasi aktiva riil dan investasi aktiva non riil. Dan dilihat dari likuiditasnya investasi terdiri dari 2 jenis yaitu investasi aktiva lancar dan investasi aktiva tetap.
Alasan mengapa keputusan investasi memiliki arti penting antara lain karena investasi menyangkut dana yang jumlahnya banyak dan investasi akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan dengan adanya risiko.
B.     Konsep Aliran Kas dalam Investasi
Dalam investasi terdapat tiga jenis aliran kas yaitu, initial cashflow, operational cashflow, dan terminal cashflow.
1.      Initial Cashflow (Capital Outlays)
Initial cashflow merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran kas yang pertama kali untuk keperluan investasi. Misalnya, jika kita melakukan investasi pembelian mesin pabrik maka yang termasuk capital outlays antara lain harga pembelian mesin, biaya pasang, biaya percobaan, biaya balik nama dan biaya lain yang harus dikeluarkan mesin tersebut sampai mesin tersebut siap dioperasikan.
2.      Operational Cashflow
Operational cashflow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi. Operational cashflow berasal dari pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Operational cashflow (Cash inflow) biasanya diterima setiap tahun selama umur ekonomis investasi yang bersangkutan yang berupa aliran kas masuk bersih (proceeds). Besarnya proceeds bersumber dari dua sumber yaitu berupa laba setelah pajak atau earning after tax (EAT) dan depresiasi.
Sumber dana yang digunakan untuk investasi aktiva tetap dapat berasal dari modal sendiri atau modal asing (hutang). Perbedaan sumber modal yang digunakan untuk investasi akan mempengaruhi perhitungan proceeds investasi yang bersangkutan. Perhitungan proceeds dari kedua sumber modal tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Perhitungan besarnya proceeds apabila investasi menggunakan modal sendiri.
PROCEEDS = LABA BERSIH SETELAH PAJAK + DEPRESIASI
b.      Perhitungan besarnya proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri dan hutang.
PROCEEDS = LABA BERSIH SETELAH PAJAK + DEPRESIASI + BUNGA (1 - PAJAK)
3.      Terminal Cashflow
Terminal cashflow merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan di akhir, yaitu dari nilai sisa sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi.
C.     Metode Penilaian Investasi
Secara ekonomis apakah apakah investasi layak atau tidak dilaksanakan dapat dihitung dengan beberapa metode penilaian yang dianggap sebagai kriteria proyek investasi. Beberapa metode penilaian investasi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Metode Accounting Rate of Return (ARR)
b.      Metode Payback Periode (PBP)
c.       Metode Net Present Value (NPV)
d.      Metode Profitability Index (PI)
e.       Metode Internal Rate of Return (IRR)
Keterangan
a.       Metode Accounting Rete of Return (ARR)
Metode ini mengukur besarnya tingkat keuntungan bersih setelah pajak dari investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh dari investasi awal (jika ada) ditambah investasi akhir dibagi dua.
Rata-rata Laba setelah Pajak
ARR = RATA-RATA INVESTASI  100%
Kriteria untuk penetapan keputusan diterima atau tidaknya adalah apabila ARR lebih besar dari pada biaya investasi yang digunakan (biaya modal) maka usulan investasi tersebut diterima / layak dilaksanakan, sedangkan apabila nilai ARR lebih kecil dari pada biaya investasi yang digunakan maka usulan investasi tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Kelemahan metode ARR ini adalah:
·         Mengabaikkan nilai waktu dari uang
·         Hanya menitikberatkan masalah akuntansi, sehingga kurang memperhatikan data aliran kas dari investasi
·         Merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang menyesatkan
·         Kurang memperhatikan jangka waktu umur investasi
b.      Metode Payback Periode (PBP)
Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk neto (proceeds) yang diperoleh.
Rumus:
Capital Outlays
PBP = PROCEEDS X 1 TAHUN
Kriteria penerimaan dengan metode ini adalah apabila payback periode lebih pendek dibandingkan jangka waktu kredit (apabila modalnya berasal dari pinjaman) yang diisyaratkan oleh investor atau pihak bank, maka investasi proyek tersebut diterima.
Kelemahan metode payback periode adalah sebagai berikut:
·         Mengabaikan nilai waktu dari uang
·         Mengabaikan proceeds setelah PBP dicapai
·         Mengabaikan nilai sisa
Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh metode ini (karena mengabaikan nilai waktu uang) maka banyak perusahaan melakukan modifikasi dengan pendekatan discounted payback periode.
c.       Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini mengakomodasikan tentang nilai waktu uang dalam suatu investasi dengan mencari selisih antara nilai sekarang dari aliran kas neto (proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays).
Aᵼ
NPV = -I˳ + (1 + R)ᵗ
Keterangan:
           = Nilai investasi atau outlays
Aᵼ         = Aliran kas neto pada periode t
R           = Discount rate
t           = Jangka waktu proyek investasi (umur proyek investasi)
Pengambilan keputusan apakah suatu usulan proyek investasi diterima atau ditolak ketika kita menggunakan metode NPV adalah jika nilai NPV > 0 atau positif maka rencana investasi layak diterima, namun apabila NPV < 0 atau negatif maka rencana investasi tidak layak diterima.
d.      Metode Profitability Index (IP)
Metode probability index atau Benefit cost ratio memiliki hasil keputusan yang sama dengan metode NPV.
Rumus profitability index adalah sebagai berikut:
Total PV dari Proceeds
PI = INVESTASI atau PI = INITIAL OUTLAYS
Kriteria pengambilan keputusan dengan menggunakan metode ini adalah jika nilai PI > 1 maka rencana investasi layak diterima, namun jika nilai PI < 1 maka rencana investasi sebaiknya ditolak.
e.       Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini merupakan metode penilaian investasi untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas neto (PV proceeds) dan investasi (initial outlays). Pada saat IRR tercapai, maka besarnya NPV sama dengan nol.
Penilaian investasi dengan metode IRR lebih sulit dibandingkan metode NPV karena menggunakan cara coba-coba  (trial and error) ketika kita akan menentukan besarnya discount rate investasi.
Rumus IRR:
Keterangan:
IRR                 = Internal Rate of Return
rk                     = Tingkat bunga yang kecil (rendah)
rb                     = Tingkat bunga yang besar (tinggi)
NPV rk            = Net present value pada tingkat bunga yang kecil
PV rk               = Present value of proceeds pada tingkat bunga yang kecil
PV rb               = Present value of proceeds pada tingkat bunga yang besar
Kriteria penerimaan jika nilai IRR > lebih besar dari tingkat bunga yang digunakan sebagai biaya modal maka investasi proyek kita terima, namun jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang digunakan sebagai biaya modal maka proyek investasi akan kita tolak.
D.    Hubungan antara NPV, PI, dan IRR
Dari kelima metode, hanya tiga metode yang cukup baik untuk digunakan dalam menilai investasi proyek yaitu metode NPV, PI, dan IRR. Ketiga metode ini selaras, yaitu sama-sama mempertimbangkan nilai waktu dari uang dalam melakukan analisanya dan menggunakan dasar konsep yang sama yaitu present value dari aliran kas yang terjadi selama proyek berlangsung baik aliran kas masuk (proceeds) maupun aliran kas keluar (initial cashflow). Namun kadang-kadang terjadi konflik antara hasil keputusan NPV dan IRR khususnya yaitu hasilnya saling berlawanan.
E.     Konflik antara NPV dan IRR 
Ketika melakukan penilaian pada investasi tunggal, maka natara metode NPV dan IRR tidak ada kontraktif, namun jika keduanya dipakai untuk menilai usulan proyek investasi lebih dari satu macam, khususnya pada usulan proyek yang bersifat mutuallyexclusive (saling meniadakan satu sama lainnya) yaitu jika satu proyek diterima maka proyek yang lain harus ditolak.
Pertentangan keputusan usulan investasi antara metode NPV dan IRR timbul karena metode IRR mengasumsikan bahwa aliran kas masuk yang terjadi dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari penginvestasian kembali tersebut. Sedangkan metode NPV mengasumsikan bahwa aliran kas masuk dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar discount ratenya. Konflik keputusan jugan terjadi apabila dua usulan proyek investasi yang memiliki NPV yang sama tetapi IRRnya berbeda.
Secara teoritis metode NPV lebih baik daripada metode IRR dalam penilaian investasi. Hal ini dikarenakan metode NPV lebih konsisten daripada metode IRR berkaitan dengan discount rate yang digunakan. Usulan investasi proyek tidak akan diterima apabila discount ratenya melebhi besarnya IRR.
Metode ini akan menghadapi masalah jika digunakan untuk menilai dua usulan investasi yang memiliki umur ekonomis yang berbeda. Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis yang tidak sama dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
a.       Pendekatan metode rantai (chain metode) atau sering disebut replacement chain.
Langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:
1.      Mencari angka kelipatan persekutuan kecil yang dapat dibagi oleh kedua umur mesin.
2.      Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi.
b.      Metode biaya ekuivalen tahunan (equivalent annual cost)
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut
1.      Menghitung present value dari biaya usulan investasi selama umur ekonomisnya dengan discount rate tertentu.
2.      Mencari faktor anuitas dari discount rate yang digunakan untuk menghitung prasent value investasi yang bersangkutan.
3.      Membagi present value masing-masing usulan investasi pada ponit (1) dengan factor anuitas point (2) di atas.
4.      Membandingkan hasil pembagian pada point (3) untuk mengambil keputusan usulan investasi mana yang dipilih. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan investasi yang sebaiknya dipilih.
Dilihat dari cara perhitungannya, terbukti biaya ekuivalen tahunan lebih sederhana dan lebih mudah dibanding metode rantai.
F.      Analisis Investasi Penggantian
Investasi penggantian perlu dilakukan antara lain karena dengan mengganti suatu aktiva akan terjadi penghematan biaya atau akan menambah hasil atau laba perusahaan. Aliran kas keluar awal (initial cash outlays) pada investasi penggantian berasal dari harga perolehan aktiva baru dikurangi dengan nilai jual bersih aktiva yang diganti. Sedangkan aliran kas masuk investasi penggantian terutama berupa penghematan bersih dari biaya yang diakibatkan oleh penggantian tersebut. Aliran kas masuk juga berasal dari tambahan pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya penjualan perusahaan.
G.    Capital Rationing
Capital rationing adalah penilaian usulan investasi dengan melihat keterbatasan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Capital rationong terjadi jika perusahaan dihadapkan dengan beberapa usulan investasi dengan tingkat return yang berbeda-beda, sedangkan perusahaan memiliki keterbatasan modal yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut.
Kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam hal ini adalah:
·         Memilih proyek investasi yang menghasilkan return yang paling tinggi
·         Perhatikan sifat hubungan antara proyek yang akan dilaksanakan yaitu independent, dependent, atau mutually exclusive.

 sumber :
http://astutikrahayu.blogspot.co.id/2014/06/analisa-keputusan-investasi.html

Struktur Modal (Capital Structure)



Secara konseptual terdapat istilah struktur modal yang ditargetkan (target capital structure) yaitu bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferan dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.

1.      Pengertian Struktur Modal Menurut Para Ahli
a.       Pengertian struktur modal menurut Martono dan D. Agus Harjito (2010; 240) menyatakan :
Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri”.
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal.

b.      Sedangkan menurut Kamaludin (2011:306) menyatakan “Struktur modal atau capital structure adalah kombinasi atau bauran sumber pembiayaan jangka panjang”.
c.       Begitupula menurut Bambang Riyanto (2008:296) Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri”. Struktur modal merupakan cermin dari kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis” securities yang ditentukan.

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return). Penambahan hutang akan memperbesar risiko perusahaan, tapoi akan memperbesar tingkat pengembalianyang diharapkan (expected return). Risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Risiko yang dihadapi perusahaan merupakan factor yang mempengaruhi keputusan tentang struktur modal, sebagai berikut:
a)      Risiko Bisnis yaitu tingkat risiko terkait dengan tidak digunakannya hutang jangka panjang untuk membiayai asset perusahaan.
b)     Risiko keuangan yaiturisiko yang dihadapi para pemegang saham biasa sebagai akibat penggunaan hutang jangka panjang.

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
a)      Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

b)     Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.

c)      Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

d)     Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.

3.      Contoh Kasus Struktur Modal
Contoh 1:
Asset PT ABC saat ini dibiayai seluruhnyaoleh saham biasa senilai $ 5.000.000. Perusahaan ingin membeli peralatan baru senilai $2.000.000 dengan alternative cara:
1)      Menjual 40.000 lembar saham biasa pada harga $50 per lembar,
2)      Menjual obligasi berbunga 10%,
3)      Menerbitkan saham preferen 8%.
EBIT saat ini adalah $8000.000, tingkat pajak pendapatan 50% dan jumlah lembar saham yang beredar saat ini sebanyak 1000.000 lembar. Untuk menghitung titik indeferen, lebih dahulu perlu dihitung EPS pada tingkat EBIT $1000.000


Grafik EPS-EBIT dibuat dengan cara menghubungkan antara EPS pada tingkat EBIT $1.000.000 dengan EBIT untuk masing-masing alternatif pendanaan pada sumbu horisontal. Untuk rencana penggunaan saham biasa, garis melewati titik nol karena tidak terdapat biaya tetap (biaya tetap = nol), sementara untuk penggunaan obligasi,paling tidak harus tersedia EBIT sejumlah $200.000 untuk dapat menutup biaya bunga. Untuk rencana menggunakan saham preferen, minimal harus tersedia EBIT sejumlah $320.000 [$160.000/(1-0,5)] untuk menutup deviden saham preferen yang sebesar $160.000 pada tingkat pajak 50%, jadi garis saham preferen melewati titik $320.000 pada sumbu horizontal.

Dengan cara yang sama, titik indiferen antara saham biasa dan saham preferen diperoleh sejumlah $ 1.120.000. Dari gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada berapapun tingkat EBIT, penggunaan hutang lebih baik dari pada saham preferen karena tingkat EPS yang dihasilkannya lebih tinggi. Kesimpulan kedua adalah bahwa pada tingkat EBIT di atas $700.000,penggunaan hutang lebih baik dibandingkan menggunakan saham biasa. Jika EBIT kurang dari $700.000 lebih baik menggunakan saham biasa. Ketiga, pada tingkat EBIT di atas $1.120.000 lebih baik perusahaan menggunakan saham preferen dibandingkan saham biasa, dan sebaliknya jika EBIT kurang dari $1.120.000.

Contoh 2:


Sumber:

Sumber:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/manajemen_keuangan_2/bab3-penentuan_struktur_modal.pdf