Pengertian Laporan Keuangan dan Analisa Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia: (Revisi 2009) mengatakan bahwa :
“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Tujuan utama dari manajemen adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada.
Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, evaluasi kecenderungan posisi
keuangan perusahaan sepanjang waktu
Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan
Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 36), metode atau teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut.
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Pertama-tama penganalisa harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan kemudian menganalisa dan menginterpretasikan sehingga data ini menjadi lebih berarti. Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan, dengan menunjukkan :
- Data absolute (jumlah-jumlah dalam rupiah).
- Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
- Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
- Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
- Prosentase dari total.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Terlepas dari siapa yang akan menggunakan informasi keuangan, umumnya analisis laporan keuangan akan menyangkut usaha untuk mengetahui:
- Kondisi likuiditas jangka pendek. Pengguna informsi ingin mengetahui keberlangsungan dari suatu perusahaan dalam waktu dekat. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling mendasar sebelum analisis dilakukan, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar lainnya untuk membiayai kegiatan opersional perusahaan.
- Arus dana (funds flow). Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan saat ini dan dimasa depan. Dengan memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi pemasukan dan pengeluaran kas dimasa depan berdasarkan laporan cash flow yang disajikan dalam satu periode yang lalu (historis).
- Struktur permodalan dan solvabilitas. Lewat analisis laporan keuangan, pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan digunakan untuk membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang berarti menambah kekayaan pemegang saham.
- Return dari investasi (return of investment). Sebagai pemilik modal pada perusahaan tentu saja nilai yang ada pada saham merupakan nilai investasi yang semestinya menghasilkan profit (keuntungan) atau memaksimalkan nilai investasi pada satu periode akuntansi dengan periode akuntansi lainnya.
- Utilitas atau penggunaan asset. Dalam menghasilkan pendapatan (revenue) dibutuhkan adanya aset. Aset atau aktiva yang ada merupakan alat bagi perusahaan untuk kemudian beroperasi, menghasilkan pendapatan , mendapatkan keuntungan, dan menambah modal pemilik lewat pemupukan keuntungan perusahaan.
- Kinerja operasi perusahaan. Dengan analisis laporan keuangan, akan diketahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Demikian juga bila dibandingkan dengan industry sejenis. Kinerja yang baik akan ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang diatas rata-rata industry sejenisnya.
Contoh Analisis Laporan Keuangan
1. LIKUIDITAS PERUSAHAAN
Likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Masalah likuiditas
dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan
menggunakan rasio (quick ratio, current ratio, dan cash ratio) dan
dengan menghitung periode penagihan rata- rata (average collection
period). Untuk laporan keuangan diatas digunakan pendekatan yang pertama
yaitu dengan perhitung rasio (Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash
Ratio)
a. Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Current Ratio = (17.955.845/9.437.259) x 100% = 1,9%
Tahun 2007
Current Ratio = (Rp. 15.027.032/) x 100% = 1,95%
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi
juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang
pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Pada laporan
keuangan diatas terjadi penurunan current ratio dari tahun 2007 ke tahun
2008 sebesar 0,05%.
b. Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x 100%
Tahun 2008
Quick Ratio = ((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/ Rp.9.437.259)) x 100% = 0,41%
Tahun 2007
Quick Ratio = ((Rp.15.027.032-Rp. 11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40%
Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula
kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1
atau 100% perusahaan tersebut dianggap kurang baik. Dalam laporan
keuangan ini dapat diketahui adanya sedikit peningkatan quck ratio dari
0,40% menjadi 0,41%. Yang berarti perusahaan masih dalam keadaan stabil.
c. Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Cash Ratio = (Rp. 411.689/ Rp.9.437.259) x 100% = 0,043%
Tahun 2007
Cash Ratio = (Rp. 289.152/ Rp. 7.697.918) x 100% = 0,037%
Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. PT.
GUDANG GARAM Tbk. mengalami peningkatan dalam menutupi hutang lancar.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu
dari 0,037% menjadi 0,043%.
2. PERPUTARAN PIUTANG
Rasio perputaran piutang memberikan analisa mengenai beberapa kali
tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk
piutang kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi.
Makin tinggi rasio ( turnover ) menunjukkan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah
berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa
lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak
efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Cara perhitungan perputaran piutang dapat dilakukan dengan rumus :
Perputaran Piutang = (Penjualan Kredit/Utang Usaha) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.15.056.347/ Rp.200.266) x 100% = 75,1%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.13.419.733/ Rp. 128.837) x 100% = 104,1%
3. SOLVABILITAS PERUSAHAAN
Solvabilitas Perusahaan berguna untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika perusahaan
tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika
perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua
hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek. Jika
perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya,
maka perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable
b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu :
a. Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.10.359.076/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,71%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,63%
b. Total Debt to Asset Ratio
Total Debt to Asset Ratio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.10.359.076/ Rp.20.904.022) x 100% = 0,49%
Tahun 2007
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38%
4. RENTABILITAS PERUSAHAAN
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan
rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi
karena perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan
dengan yang lain. Adapun cara penilaian Rentabilitas adalah :
a. Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
Rumus :
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
Tahun 2008
GPM = (Rp.2.427.250/ Rp.15.056.347) x 100% = 0,16%
Tahun 2007
GPM = (Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733) x 100% = 0,18%
b. Net Profit Margin (Margin Laba Besih)
Rumus :
NPM = (Laba Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
NPM = (Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x 100% = 0,035%
Tahun 2007
NPM = (Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,032%
c. Earning Power of Total Investment
Rumus :
EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
EPTI = (Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132) x 100% = 0,09%
Tahun 2007
EPTI = (Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,08%
d. Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
Rumus :
ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
ROE = (Rp. 891.358/Rp. 14.530.132) x 100% = 0,61%
Tahun 2007
ROE = (Rp.710.565/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,3%
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar